Selasa, 23 Januari 2018

Unexpected


 Perkenalan yang amat singkat, berawal dari jejaring sosial Facebook. Namanya Denis, kita menjadi akrab semenjak ia memberikan nomor ponselnya. Ya, gak tau kenapa dia tiba-tiba kasih nomornya ke gue, seakan percaya banget sama gue buat lanjutin obrolan yang sempat terpotong di chat. Kita selalu berkirim pesan singkat, orangnya asik walaupun kita belum pernah ketemu, dan Gue percaya kalau dia orang baik-baik.
Dunia ini sempit, ternyata Denis temannya teman gue, Lena. Mereka pernah satu sekolah sewaktu SMP. Lena bilang Denis itu orangnya gak bisa diam, petakilan, suka bercanda, bisa dibilang Denis itu humoris. Semenjak lulus SMA kita udah jarang berkirim pesan singkat dan bahkan gak sama sekali, gue mencoba mengerti mungkin dia sibuk, dia hubungin gue kalau pas mau open mic, Denis anak Stand Up Comedy. Tiap mau open mic, Denis selalu undang gue buat nonton dia tampil. Tapi sayangnya gue gak pernah bisa karena keadaan yang gak pernah memungkinkan.
Dan beberapa bulan yang lalu Denis minta pin BBM gue, dari situ gue berusaha buat menyatukan apa-apa yang sempat renggang. Seperti biasa, dia ajak gue buat nonton open micnya, tanpa basa-basi gue pun mengiyakan ajakannya.
“ Besok Free gak?”  “ Iya”  “ Nonton gue ya, gue jemput oke” belum sempat menjawab,  Denis langsung menutup teleponnya. Karena Denis belum tahu rumah gue, jadi kita ketemuan di suatu tempat.
Pertama kali ketemu gue kira kita bakalan canggung, ternyata engga. Denis bisa mencairkan suasana. Sesampainya di lokasi, Denis langsung kenalin gue ke teman-temannya. Teman-temannya welcome dan asik-asik, gak nyesel gue diajak sama doi. Gue gabung sama teman-temannya Denis. Mereka ajak gue ngobrol, sampai lupa kalau gue kesitu sama Denis. Acara dimulai, satu per satu teman-temannya Denis tampil ke depan menunjukkan bakatnya sebagai StandUp Comedy. Materi yang mereka sampaikan seru, gak bikin boring.
Acara selesai sekitar jam 15:00, teman-teman Denis langsung pulang karena mereka ada urusan.
 “ Lo udah makan? Gue laper nih, makan yuk” Ajak Denis
“Yuk” .tanpa basa-basi gue pun mengiyakan ajakannya
Kita berdua cari makan di deket lokasi, tapi Denis malah ajak makan ke tempat biasa doi makan sama teman-temannya, gue sebagai penumpang Cuma mengikuti.
“ Ini tempat Favorite gue sama teman-teman kalau abis open mic, ya walaupun di pinggir jalan gini gapapa kan ya?” Ucap Denis
“ Iya gapapa kok Den, Kalau laper mah enak aja udehh hahaha”
“ Hahaha iya bener. Ohiya thanks ya udah mau liat gue open mic”
“ Santaii, kan kita sekalian ketemu” jelas gue
Gue gak pernah menyangka kita bisa langsung akrab gini, dan gue gak pernah menyesali perkenalan kita walau singkat dan gak jelas.
Semenjak pertemuan itu, Denis jadi sering ajak gue main. Minta diantar buat kesini lah, kesitu lah dan kita menjadi sangat akrab. Pernah suatu ketika kita main sampe seharian dan Denis mengajak gue ke rumahnya. Gue dikenalin sama mama nya dan adiknya, mereka baik banget.
Sholat maghrib tiba, Mamanya Denis meminta Denis untuk menunaikan ibadah sholat maghrib. Selesai wudhu, Denis menyuruh gue buat wudhu juga.
“ Wudhu sana, kita sholat jamaah” Ucap Denis
Gue pun mengiyakan suruhannya. Selesai wudhu, gue kebingungan karena mama nya Denis gak ikutan ambil wudhu buat sholat. Akhirnya gue coba tanya ke mamanya.
“ Lho tante gak sholat?”
“ Lagi merah Ra, kalian bertiga dulu aja yaa sama Tita” Jawab tante sambil tertawa kecil
“ Oh gitu, yaudah Rara sholat dulu ya tante”
Tante Anna hanya membalas dengan anggukan dan senyuman manis.
Selesai sholat jamaah, Adiknya Denis, Tita langsung bersalaman dan segera merapikan mukenanya. Ia terlihat buru-buru.
“ Aku duluan yaa ka, temen aku mau kesini. Mau siap-siap dulu hehe” Jelas Tita
Di tempat sholat hanya tersisa gue dan Denis, Selesai do’a gue salaman sama Denis dan tiba-tiba gue merasakan sesuatu yang aneh dan kita saling pandang beberapa detik.
“ Lo ngerasain sesuatu gak?” tanya Denis
“ Iya, lo juga?”
“ Iya, kok gue deg-degan ya”
“ Gue juga”
Gue langsung merapikan mukena, dan Denis langsung keluar. Gak sengaja gue denger percakapan Denis sama mamanya
Tante Anna bilang kita saling jatuh cinta. ‘ Gak, gak ini gak boleh terjadi’ ucap gue dalam hati.

****
Hari-hari berikutnya kita jadi canggung, entah kenapa kegilaan dan kekonyolan yang dulu pernah kita lakuin seolah hilang, apa karena rasa itu? Pikir gue dalam hati. Gue berusaha buat mengajaknya melakukan hal gila dan konyol lagi, tapi rasanya menjadi beda. Denis lebih banyak melamun.
“ Kenapa lo? Lagi ada masalah?” tanya gue
“ Engga, gak tau kenapa gue jadi kepikiran kata-kata nyokap gue waktu itu”
“ Hah? Nyokap lo Cuma bercanda kali”
“ Bercanda? Tapi gue juga ngerasain hal itu Ra”
Sontak gue terdiam mendengar jawaban Denis. Jadi Denis juga merasakan hal yang sama? Jadi kita saling jatuh cinta tanpa kita ketahui? Gokil!!!
Sejak hari itu kita resmi berpacaran, awalnya berjalan mulus namun lama-kelamaan tak sesuai dengan rencana.
Ada orang yang gak suka sama hubungan gue dan Denis. Orang itu memfitnah gue, mereka bilang gue pacaran sama Denis biar bisa terkenal karena Denis anak StandUp Comedy. Hal itu memicu keretakan hubungan gue dan Denis. Awalnya gue hiraukan omongan mereka, tapi lama-kelamaan gue jadi gak enak sama Denis.
            “ Ra, apa bener lo pacaran sama gue cuma biar tenar?” tanya Denis
            “ Kita pacaran selama ini dan lo gak percaya sama gue? Lo lebih dengerin apa yang mereka bilang? Gue gak nyangka Den sama lo. Pantes aja akhir-akhir ini sikap lo berubah sama gue. Jadi lo udah gak percaya sama gue? Lo tega Den
            “ gak gitu Ra...”
Gue gak mau dengerin apa yang Denis bilang kala itu. Sesampainya dirumah, gue melihat mama, papa sama adik gue lagi beres-beres kayak orang mau pindahan.
“ Mah, ini lagi ngapain? Kita mau pindah?”
“ Iya, kita mau pindah. Papa kamu dapet tugas di daerah Jogja dan mama punya rencana buat tinggal disana aja” Jelas mama
“ Loh kok Rara gak tau mah. Kok mama gak kasih tau Rara dulu. Mama gak bisa ambil keputusan sepihak gitu dong mah”
“ Keputusan sepihak gimana? Semuanya udah setuju. Mama lupa bilangin kamu. lagian kan kamu udah lulus SMA, kamu bisa lanjut kuliah disana”
“ Tapi mah....”
“ Lebih baik kamu kemasi barang-barang kamu sana” ucap mama

Gue langsung menuju ke kamar dan mengemasi barang-barang gue. Di satu sisi gue senang karena gue pindah ke tempat baru, tapi disisi lain gue berat untuk meninggalkan tempat ini. Terlalu banyak kenangan.
Pagi- pagi sekali barang sudah mulai di pindahkan ke dalam mobil.
“ Kamu udah kabarin Denis kalo kita pindahan?” tanya mama
“ Belum mah. Aku lagi berantem”
“ Kenapa? Kok bisa?”
“ Ada yang gak suka sama hubungan aku dan Denis
“ Terus kalian jadi berantem?”
“ Iyalah mah, aku di fitnah kayak gitu”
“ Ya tapi harusnya kamu marahnya gak sama Denis. Mama yakin Denis percaya sama kamu. yaudah kamu kabarin, biar dia gak cariin”
Gue ikutin yang mama mau, gue ajak Denis buat ketemu.
“ Halo Den, bisa ketemu? Di tempat biasa” “ Iya ra”
Suasana menjadi sunyi selama lima menit, gue berusaha untuk memulai percakapan
            “ Maafin gue ya Den, harusnya gue dengerin penjelasan lo waktu itu”
            “ Engga Ra, ada juga gue yang minta maaf. Gue udah gak percaya sama lo waktu itu. Maafin gue”
Gue hanya membalas dengan senyuman dan memeluknya.

****
Empat tahun kita menjalani hubungan dengan sekat jarak, begitu rumit dan menyakitkan. Namun Denis selalu punya cara untuk membuat hubungan kami tak seburuk apa yang orang-orang pikirkan.
Tuhan selalu punya cara untuk mendekatkan umatnya, selama ia mau berusaha dan sabar. Kata-kata yang membuat gue termotivasi untuk selalu yakin bahwa Denis adalah jodoh gue. Tuhan mempertemukan gue lagi dengan Denis selama dua tahun sebagai partner dalam dunia kerja, tahun berikutnya Tuhan mengizinkan gue untuk jadi partner dalam hidupnya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar