Perkenalan
yang amat singkat, berawal dari jejaring sosial Facebook. Namanya Denis, kita
menjadi akrab semenjak ia memberikan nomor ponselnya. Ya, gak tau kenapa dia
tiba-tiba kasih nomornya ke gue, seakan percaya banget sama gue buat lanjutin
obrolan yang sempat terpotong di chat. Kita selalu berkirim pesan singkat,
orangnya asik walaupun kita belum pernah ketemu, dan Gue percaya kalau dia
orang baik-baik.
Dunia ini sempit, ternyata Denis temannya
teman gue, Lena. Mereka
pernah satu sekolah sewaktu SMP. Lena bilang Denis itu orangnya
gak bisa diam, petakilan, suka bercanda, bisa dibilang Denis itu humoris. Semenjak
lulus SMA kita udah jarang berkirim pesan singkat dan bahkan gak sama sekali,
gue mencoba mengerti mungkin
dia sibuk, dia hubungin gue kalau pas mau open mic, Denis anak Stand Up
Comedy. Tiap mau open mic, Denis
selalu undang gue buat nonton dia tampil. Tapi sayangnya gue gak pernah bisa karena keadaan yang gak pernah memungkinkan.
Dan beberapa bulan yang lalu Denis minta pin BBM
gue, dari situ gue berusaha buat menyatukan apa-apa yang sempat renggang.
Seperti biasa, dia
ajak gue buat nonton open micnya, tanpa basa-basi gue pun mengiyakan ajakannya.
“ Besok Free gak?” “ Iya” “
Nonton gue ya, gue jemput oke” belum sempat menjawab, Denis langsung menutup teleponnya.
Karena Denis
belum tahu rumah gue, jadi kita ketemuan di suatu tempat.
Pertama
kali ketemu gue kira kita bakalan canggung, ternyata engga. Denis bisa
mencairkan suasana. Sesampainya di lokasi, Denis langsung kenalin gue ke
teman-temannya. Teman-temannya welcome
dan asik-asik, gak nyesel gue diajak sama doi. Gue gabung sama teman-temannya Denis. Mereka ajak
gue ngobrol, sampai lupa kalau gue kesitu sama Denis. Acara
dimulai, satu per satu teman-temannya Denis tampil ke depan menunjukkan
bakatnya sebagai StandUp Comedy. Materi yang mereka sampaikan seru, gak bikin
boring.
Acara selesai sekitar jam 15:00,
teman-teman Denis
langsung pulang karena mereka ada urusan.
“ Lo udah makan? Gue laper nih, makan yuk” Ajak
Denis
“Yuk” .tanpa basa-basi gue pun
mengiyakan ajakannya
Kita berdua cari makan di deket
lokasi, tapi Denis malah
ajak makan ke tempat biasa doi makan sama teman-temannya, gue sebagai penumpang
Cuma mengikuti.
“ Ini tempat Favorite gue sama
teman-teman kalau abis open mic, ya walaupun di pinggir jalan gini gapapa kan
ya?” Ucap Denis
“ Iya gapapa kok Den, Kalau laper
mah enak aja udehh hahaha”
“ Hahaha iya bener. Ohiya thanks
ya udah mau liat gue open mic”
“ Santaii, kan kita sekalian
ketemu” jelas gue
Gue gak pernah menyangka kita
bisa langsung akrab gini, dan gue gak pernah menyesali perkenalan kita walau
singkat dan gak jelas.
Semenjak pertemuan itu, Denis jadi sering
ajak gue main. Minta diantar buat kesini lah, kesitu lah dan kita menjadi
sangat akrab. Pernah suatu ketika kita main sampe seharian dan Denis mengajak gue
ke rumahnya. Gue dikenalin sama mama nya dan adiknya, mereka baik banget.
Sholat maghrib tiba, Mamanya Denis meminta Denis untuk
menunaikan ibadah sholat maghrib. Selesai wudhu, Denis menyuruh gue
buat wudhu juga.
“ Wudhu sana, kita sholat jamaah”
Ucap Denis
Gue pun mengiyakan suruhannya. Selesai
wudhu, gue kebingungan karena mama nya Denis gak ikutan ambil wudhu buat
sholat. Akhirnya gue coba tanya ke mamanya.
“ Lho tante gak sholat?”
“ Lagi merah Ra, kalian bertiga dulu aja yaa sama Tita”
Jawab tante sambil tertawa kecil
“ Oh gitu, yaudah Rara sholat
dulu ya tante”
Tante Anna hanya membalas dengan
anggukan dan senyuman manis.
Selesai sholat jamaah, Adiknya Denis,
Tita langsung bersalaman dan
segera merapikan mukenanya. Ia terlihat buru-buru.
“ Aku duluan yaa
ka, temen aku mau kesini. Mau siap-siap dulu hehe” Jelas Tita
Di tempat sholat
hanya tersisa gue dan Denis, Selesai do’a gue salaman sama Denis dan tiba-tiba
gue merasakan sesuatu yang aneh dan kita
saling pandang beberapa detik.
“ Lo ngerasain sesuatu gak?”
tanya Denis
“ Iya, lo juga?”
“ Iya, kok gue deg-degan ya”
“ Gue juga”
Gue langsung merapikan mukena, dan Denis langsung
keluar. Gak sengaja gue denger percakapan Denis sama mamanya
Tante Anna bilang kita saling jatuh
cinta. ‘
Gak, gak ini gak boleh terjadi’ ucap gue dalam hati.
****
Hari-hari berikutnya kita jadi
canggung, entah kenapa kegilaan dan kekonyolan yang dulu pernah kita lakuin
seolah hilang, apa karena rasa itu? Pikir gue dalam hati. Gue berusaha buat
mengajaknya melakukan hal gila dan konyol lagi, tapi rasanya menjadi beda. Denis lebih banyak
melamun.
“ Kenapa lo? Lagi ada masalah?”
tanya gue
“ Engga, gak tau kenapa gue jadi
kepikiran kata-kata nyokap gue waktu itu”
“ Hah? Nyokap lo Cuma bercanda
kali”
“ Bercanda? Tapi gue juga
ngerasain hal itu Ra”
Sontak gue terdiam mendengar
jawaban Denis.
Jadi Denis
juga merasakan hal yang sama? Jadi kita saling jatuh cinta tanpa kita ketahui?
Gokil!!!
Sejak hari itu kita resmi
berpacaran, awalnya berjalan mulus namun lama-kelamaan tak sesuai dengan
rencana.
Ada orang yang gak suka sama
hubungan gue dan Denis.
Orang itu memfitnah gue, mereka bilang gue pacaran sama Denis biar bisa
terkenal karena Denis
anak StandUp Comedy. Hal itu memicu keretakan hubungan gue dan Denis. Awalnya gue
hiraukan omongan mereka, tapi lama-kelamaan gue jadi gak enak sama Denis.
“
Ra, apa bener lo pacaran sama gue cuma biar tenar?” tanya Denis
“
Kita pacaran selama ini dan lo gak percaya sama gue? Lo lebih dengerin apa yang
mereka bilang? Gue gak nyangka Den
sama lo. Pantes aja akhir-akhir ini sikap lo berubah sama gue. Jadi lo udah gak
percaya sama gue? Lo tega Den”
“
gak gitu Ra...”
Gue gak mau dengerin apa yang Denis bilang kala
itu. Sesampainya
dirumah, gue melihat mama, papa sama adik gue lagi beres-beres kayak orang mau
pindahan.
“ Mah, ini lagi ngapain? Kita mau
pindah?”
“ Iya, kita mau pindah. Papa kamu
dapet tugas di daerah Jogja dan mama punya rencana buat tinggal disana aja”
Jelas mama
“ Loh kok Rara gak tau mah. Kok
mama gak kasih tau Rara dulu. Mama gak bisa ambil keputusan sepihak gitu dong
mah”
“ Keputusan sepihak gimana?
Semuanya udah setuju. Mama lupa bilangin kamu. lagian kan kamu udah lulus SMA,
kamu bisa lanjut kuliah disana”
“ Tapi mah....”
“ Lebih baik kamu kemasi
barang-barang kamu sana” ucap mama
Gue langsung menuju ke kamar dan
mengemasi barang-barang gue. Di satu sisi gue senang karena gue pindah ke
tempat baru, tapi disisi lain gue berat untuk meninggalkan tempat ini. Terlalu
banyak kenangan.
Pagi- pagi sekali barang sudah
mulai di pindahkan ke dalam mobil.
“ Kamu udah kabarin Denis kalo kita
pindahan?” tanya mama
“ Belum mah. Aku lagi berantem”
“ Kenapa? Kok bisa?”
“ Ada yang gak suka sama hubungan
aku dan Denis”
“ Terus kalian jadi berantem?”
“ Iyalah mah, aku di fitnah kayak
gitu”
“ Ya tapi harusnya kamu marahnya
gak sama Denis.
Mama yakin Denis
percaya sama kamu. yaudah kamu kabarin, biar dia gak cariin”
Gue ikutin yang mama mau, gue
ajak Denis
buat ketemu.
“ Halo Den, bisa ketemu?
Di tempat biasa” “ Iya ra”
Suasana menjadi sunyi selama lima
menit, gue berusaha untuk memulai percakapan
“
Maafin gue ya Den,
harusnya gue dengerin penjelasan lo waktu itu”
“
Engga Ra, ada juga gue yang minta maaf. Gue udah gak percaya sama lo waktu itu.
Maafin gue”
Gue hanya membalas dengan
senyuman dan memeluknya.
****
Empat
tahun kita menjalani hubungan dengan sekat jarak, begitu rumit dan menyakitkan.
Namun Denis selalu punya cara untuk membuat hubungan kami tak seburuk apa yang
orang-orang pikirkan.
Tuhan selalu punya cara untuk
mendekatkan umatnya, selama ia mau berusaha dan sabar. Kata-kata yang membuat
gue termotivasi untuk selalu yakin bahwa Denis adalah jodoh gue. Tuhan
mempertemukan gue lagi dengan Denis selama dua tahun sebagai partner dalam dunia
kerja, tahun berikutnya Tuhan mengizinkan gue untuk jadi partner dalam
hidupnya.